tadi pagi wawancara ttg TDL naik dan BLT dihapuskan. dampaknya?
TDL naik = biaya operasi bisnis naik; keuntungan menurun, daya saing produk turun. Dengan FTA Asean China, produk kita gagal saing. Bila berlanjut, PHK naik, maka kemiskinan meningkat. Dan disatu sisi BLT sudah hilang.
Mengapa tidak menaikkan TDL untuk golongan rumah tangga saja? walau mudah namun harus hati-hati, terutama golongan menengah kita yang konsumtif, dengan rata-rata 75% pendapatan untuk komsumsi, maka tingkat konsumsi rata-rata akan turun. Disatu sisi produk hasil industri tidak bisa diekspor karena harganya tidak kompetitif (krn TDL naik), dan daya beli menurun.
Naiknya TDL hanya cara gampang pemerintah mengatasi defisit. Tanpa dibarengi dengan peningkatan kualitas dan efisiensi pengelolaan listrik, maka kebijakan ini tidak akan efektif, dan lebih banyak dampak buruknya.
BLT = hilang; maka konsumsi golongan miskin turun. Bisa jadi karena bertambah miskin. BLT memang tidak baik dalam jangka panjang, dengan beberapa konsekuensi seperti mendidik rakyat jadi malas, dll. Namun sebaiknya tidak dihapuskan tetapi diganti dengan proyek padat karya, yg berbasis community development program. Bukan misalnya dengan mengaspal jalan, yg dikerjakan oleh masyarakat yang tidak tahu atau tidak punya skill dalam aspal mengaspal, tetapi melaksanakan kegiatan seperti pembersihan got dan gorong2x...secara kasar, seperti bergotong royong namun dibayar (Nb: mungkin istilah gotong royong sdh tidak tepat, tp intinya mengenalah).
just a though
have a nice Monday Morning...
dan Selamat Hari Raya Nyepi Caka 1932
Damai di bumi, damai di hati
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar