Minggu, 08 Maret 2009

Prinsip opportunity cost dalam keuangan personal

Selama ini masyarakat awam jarang sekali mendengar istilah opportunity cost. Apapula itu biaya kesempatan? (saya ngga tau apakah terjemahannya benar). Opportunity cost bisa juga diterapkan untuk benefit atau revenue. Dalam keuangan, opportunity cost (singkat aja OC), adalah biaya yg seolah-olah kita keluarkan dan kita perhitungkan bila kita memilih suatu pilihan dengan mengorbankan pilihan lainnya. Susah ya bahasanya. Kita contohkan yang sederhana saja, dalam prinsip pengelolaan uang personal, atau personal finance. Misalnya anda memutuskan untuk membeli mobil. Ada pilihan mobil A dan B, tentu saja dengan desain yang berbeda, namun dengan spesifikasi yang sama, layanan purna jual yang sama (jumlah, service,dll), harga onderdil relatif sama. Keduanya adalah mobil sedan kompak (1500cc). Mobil A harganya 150juta, mobil B harganya 180juta. Karena konsumen Indonesia sangat unik, maka biasanya juga melihat nilai jual kembali (resale value), walaupun kita tahu bahwa membeli mobil untuk dipakai, bukan untuk dijual kembali:-)
Katakanlah mobil A resale value setelah 3 tahun pakai kira-kira 70juta, dan Mobil B resale value adalah 120juta. Bagi pasar mobil ternyata mobil B dipersepsikan lebih tinggi dari sisi kualitas, kenyamanan, dan lainnya. Maklum, khan konsumen Indonesia, padahal jelas-jelas spesifikasinya sama. Disini prinsip OC bisa diterapkan.
Bila tidak menggunakan OC maka tentunya kita akan memilih mobil B yang dibeli dengan 180juta dan bisa dijual kembali 120juta, jadi kita hanya seolah-olah mengeluarkan ongkos 60juta untuk mobil yang dipakai selama 3 tahun (per tahun 20juta). Dibandingkan dengan mobil A, dengan harga beli 150juta, dan dijual kembali 70juta, maka kita seolah-olah terbebani ongkos 80 juta untuk 3 tahun (26,9juta/th).
Karena kita menerapkan prinsip OC maka perhitungan menjadi sbb:
Bila kita memilih mobil A, maka kita sebenarnya sudah mendapatkan keuntungan sebesar 30juta. mengapa? karena daripada membeli mobil B dengan spesifikasi yang sama dengan mobil A, dengan harga yang lebih mahal 30juta. Artinya lagi, barangnya sama namun uang yang kita keluarkan lebih sedikit 30juta. Inilah OC berupa gain (keuntungan) atas memilih mobil A. Bila kemudian mobil A kita jual 3 tahun kemudian seharga 70juta ditambahkan 30juta keuntungan dari OC diawal karena memilih mobil A, maka keuntungan total kita menjadi 100juta. Artinya selama menggunakan selama 3 tahun kita hanya mengeluarkan uang 50juta (beli 150jt-(jual 70jt+OC 30juta))=50juta atau sekitar 16,9juta/tahun).
Sedangkan bila kita membeli mobil B, maka berdasarkan OC kita sudah menanggung cost diawal 30juta, kemudian dijual seharga 120juta, maka total nilai jual hanyalah 120juta-30juta=90juta. Sehingga bila membeli mobil B seharga 180juta-90juta=90juta selama 3 tahun (30juta/tahun).
Maka dikatakan bahwa mobil A lebih mempunyai "value for money" dibandingkan mobil B.
Tentu saja disini kita menyederhanakan dengan tidak menghitung nilai waktu uang, dan pilihan berdasarkan aspek-aspek perilaku konsumen dalam pemasaran, dan juga tidak mempertimbangkan angsuran per bulan (bila membeli secara kredit), service rutin, pajak kendaraan.
Selanjutnya pilihan tetap pada konsumen khan, saya khan hanya bantu lihat dari sisi keuangannya.
Salam keuangan personal