Senin, 26 Januari 2009

Hidup Skema Ponzi..!!

Saat perkuliahan, saya dan mahasiswa membahas mengenai skema ponzi. Skema ponzi sebenarnya termasuk primitive yang ditemukan oleh charles ponzi pada 1928 (kalo saya ngga salah,bila salah maaf). Yang kami bahas cukup menarik yaitu pertanyaan mengapa skema ponzi yang berusia hampir 72 tahun,masih saja tokcer utk menipu investor,contohnya kasus madoof. Madoof menipu investor dengan nilai yang cukup fantastis, hampir 56milyar dollar and still counting. Di Indonesia skema ponzi juga sudah banyak memakan korban, misalnya arisan bahan pokok di bandung, atau qisar, dll.
Sedikit penjelasan mengenai skema ponzi, bahwa model penipuan ini berjanji akan memberikan tingkat keuntungan yang tinggi, lebih tinggi dari rata-rata return pasar modal. Darimana tingkat return yang tinggi itu? Nah rahasianya adalah tingkat return tersebut diambilkan dari investor baru,yang baru saja menanamkan uangnya di perusahaan penipu ini. Hal ini akhirnya akan membentuk suatu piramida yang bagian atas adalah investor lama, dan bagian bawah dan seterusnya adalah investor baru, demikian seterusnya, sampai tidak ada lagi investor baru yang masuk dan piramidapun kolaps.
Diskusi kami sampai pada suatu titik temu, bahwa tingkat edukasi investor khususnya pada bidang keuangan tidak berarti apa-apa bila investor dalam kondisi panik atau tidak rasional. Lihat saja para investor madoof,kurang apa coba, selain kaya, banyak diantara mereka adalah investor bangkotan dipasar modal,sudah malang melintang di dunia persilatan pasar modal ini.
Kondisi kepanikan, menyebabkan investor bertindak irrasional sehingga tidak mampu mengambil keputusan investasi. Kepanikan muncul tentu disebabkan oleh ketakutan akan kehilangan kekayaan, apalagi ketakutan itu datang secara mendadak, dan tidak ada antisipasi sebelumnya. Inilah dalam behavioral finance disebut shifting dari kognisi yang sebelumnya selaras (konsonan) menjadi kognisi yang tidak selaras (dissonan). Walaupun dalam diskusi kami dikelas, belum sempat membahas adanya dukungan empirik dari argumentasi ini, namun tidak menutup kemungkinan utk diteliti dikemudian hari. Apalagi utk pasar modal Indonesia yang investornya belum teredukasi dengan baik. Belum lagi bila membahas adanya keserakahan (greed) dalam diri manusia yang menyebabkan kita sering kehilangan akal sehat dan mengejar return setinggi langit yang sebenarnya mimpi. Jadi, adakah yang mau menguji argumen kami ini?
Selama investor panik dan serakah, maka Hidup Skema Ponzi…!!