tadi pagi wawancara ttg TDL naik dan BLT dihapuskan. dampaknya?
TDL naik = biaya operasi bisnis naik; keuntungan menurun, daya saing produk turun. Dengan FTA Asean China, produk kita gagal saing. Bila berlanjut, PHK naik, maka kemiskinan meningkat. Dan disatu sisi BLT sudah hilang.
Mengapa tidak menaikkan TDL untuk golongan rumah tangga saja? walau mudah namun harus hati-hati, terutama golongan menengah kita yang konsumtif, dengan rata-rata 75% pendapatan untuk komsumsi, maka tingkat konsumsi rata-rata akan turun. Disatu sisi produk hasil industri tidak bisa diekspor karena harganya tidak kompetitif (krn TDL naik), dan daya beli menurun.
Naiknya TDL hanya cara gampang pemerintah mengatasi defisit. Tanpa dibarengi dengan peningkatan kualitas dan efisiensi pengelolaan listrik, maka kebijakan ini tidak akan efektif, dan lebih banyak dampak buruknya.
BLT = hilang; maka konsumsi golongan miskin turun. Bisa jadi karena bertambah miskin. BLT memang tidak baik dalam jangka panjang, dengan beberapa konsekuensi seperti mendidik rakyat jadi malas, dll. Namun sebaiknya tidak dihapuskan tetapi diganti dengan proyek padat karya, yg berbasis community development program. Bukan misalnya dengan mengaspal jalan, yg dikerjakan oleh masyarakat yang tidak tahu atau tidak punya skill dalam aspal mengaspal, tetapi melaksanakan kegiatan seperti pembersihan got dan gorong2x...secara kasar, seperti bergotong royong namun dibayar (Nb: mungkin istilah gotong royong sdh tidak tepat, tp intinya mengenalah).
just a though
have a nice Monday Morning...
dan Selamat Hari Raya Nyepi Caka 1932
Damai di bumi, damai di hati
Senin, 15 Maret 2010
Sabtu, 06 Maret 2010
Reksadana mana yg menarik di 2010?
Pertanyaan mengenai hal ini mengemuka pada wawancara radio. Ya daripada tidak, mending saya tulis saja disini, khan tidak semuanya mendengarkan radio. Pertanyaan investor yang paling sederhana, karena yang paling ditakuti investor individual adalah kehilangan uang investasi. Saya dan tim sempat melakukan survey mengenai hal-hal yang paling ditakuti dan dianggap risiko bagi investor pemula, dan jawabannya adalah kehilangan uang. Bukannya risiko yang tidak mampu dikompensasi return, namun sederhana sekali, duitnya hilang. Artinya tingkat kepercayaan investor akan perusahaan sekuritas juga menjadi hal yang dominan dikepala investor melebihi return dan risiko.
Kembali ke pertanyaan awal jawaban saya tentunya Reksadana Saham, melihat indeks IHSG yang bergerak naik dan stabil di 2500-an dengan standar deviasi yang rendah dan mendekati rata-rata indeks. Distribusi pergerakan indeks selama awal januari sampai maret awal menunjukan distribusi yang padat pada kisaran nilai rata-rata 2543. Serta terbukti kasus Century tidak terlalu membawa dampak buruk kepada bursa.
Tapi tetap saja, kalau takut risiko, selalu ada Reksadana Pendapatan Tetap sebagai pilihan lain. Dengan BI rate stabil di kisaran 6,5% maka yield obligasi dengan usia lebih dari 10tahun juga tidak berfluktuasi tinggi, dan masih memberikan pendapatan lebih tinggi dari BI rate.
semoga membantu dan salam investasi
Kembali ke pertanyaan awal jawaban saya tentunya Reksadana Saham, melihat indeks IHSG yang bergerak naik dan stabil di 2500-an dengan standar deviasi yang rendah dan mendekati rata-rata indeks. Distribusi pergerakan indeks selama awal januari sampai maret awal menunjukan distribusi yang padat pada kisaran nilai rata-rata 2543. Serta terbukti kasus Century tidak terlalu membawa dampak buruk kepada bursa.
Tapi tetap saja, kalau takut risiko, selalu ada Reksadana Pendapatan Tetap sebagai pilihan lain. Dengan BI rate stabil di kisaran 6,5% maka yield obligasi dengan usia lebih dari 10tahun juga tidak berfluktuasi tinggi, dan masih memberikan pendapatan lebih tinggi dari BI rate.
semoga membantu dan salam investasi
Langganan:
Postingan (Atom)